Thursday, January 23, 2014
JODOH: DI TANGAN TUHAN ATAU MANUSIA?
PENDAHULUAN
Problematika
mengenai jodoh atau pasangan hidup bukanlah perkara mudah untuk
dipecahkan. Ada banyak kasus orang yang sudah menikah dan berpikir bahwa
pasangannya adalah pasangan hidupnya, tetapi akhirnya bercerai juga
dengan alasan tidak cocok. Mengapa tidak cocok? Mengapa pada saat
mengenal dan berpacaran, mereka tidak saling mengenal sungguh-sungguh?
Ada banyak jawaban untuk pertanyaan ini, salah satunya, yaitu: kalau
waktu berpacaran, kebiasaan negatif tidak ditunjukkan, sedangkan waktu
menikah, segala sesuatunya tampak nyata. Ketidakcocokan yang terjadi ini
sering kali mengakibatkan seseorang frustasi lalu mengatakan bahwa
jodohnya dahulu bukan dari Tuhan. Benarkah jodoh di tangan Tuhan ataukah
di tangan manusia mutlak ataukah dua-duanya? Ada beragam pandangan
mengenai hal ini yang disertai dengan presuposisi dan akibat
konsep-konsep tersebut. Selanjutnya, kita akan mengkritisinya dari
perspektif Alkitab dan menunjukkan bahwa pasangan hidup itu sebenarnya
dipimpin oleh Allah dan tetap dipertanggungjawabkan oleh manusia.
JODOH DI TANGAN TUHAN
Pertama, jodoh di tangan Tuhan. Ada orang Kristen yang berpandangan bahwa jodoh di tangan Tuhan.
Presuposisi
Apa
yang melatarbelakangi pemikiran ini? Konsep ini didasari oleh pemikiran
theologi Reformed bahwa apa pun di dunia ada dalam pemeliharaan
(providensia) Allah. Allah adalah Allah yang memelihara segala sesuatu.
Itulah wujud kedaulatan Allah. Jika Ia berdaulat atas segala sesuatu,
mengapa untuk masalah jodoh dikecualikan dari kedaulatan Allah? Meskipun
ajaran ini benar, tetapi penganut konsep pertama ini mengekstremkannya.
Jika ditelusuri, konsep ini mirip dengan pandangan Hiper-Calvinisme (http://en.wikipedia.org/wiki/Hyper-Calvinism)
yang meniadakan konsep tanggung jawab manusia dan terlalu menekankan
kedaulatan Allah. Tidak heran, juga seorang Hiper-Calvinis tulen akan
“konsisten” menjalankan konsepnya baik di dalam doktrin maupun aplikasi
hidup, meskipun bertentangan dengan ajaran Alkitab. Seorang
Hiper-Calvinis yang tidak mempercayai tanggung jawab manusia akan malas
memberitakan Injil (karena bagi mereka sudah ada predestinasi dari
Allah, buat apa memberitakan Injil) dan juga malas mencari pasangan
hidup sendiri.
Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin
meluas. Bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Para pakar baik pakar
hukum, psikolog, pakar agama dan lain sebagainya selalu mengupas masalah
yang tak pernah habis-habisnya ini. Kenakalan Remaja, seperti sebuah
lingkaran hitam yang tak pernah putus, sambung menyambung dari waktu ke
waktu, dari masa ke masa, dari tahun ke tahun dan bahkan dari hari ke
hari semakin rumit. Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang
kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus
globalisasi dan teknologi yang semakin berkembang, arus informasi yang
semakin mudah diakses serta gaya hidup modernisasi, disamping memudahkan
dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, di sisi lain
juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan
masyarakat.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI
2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah
penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini tentunya dapat menjadi
asset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi diri yang positif
namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan
perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan remaja.
Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pernikahan usia remaja
2. Sex pra nikah dan Kehamilan tidak dinginkan
3. Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja
4. MMR 343/100.000 (17.000/th, 1417/bln, 47/hr perempuan meninggal) karena komplikasi kehamilan dan persalinan
5. HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena gunung es), 70% remaja
6. Miras dan Narkoba.
Adapun Hasil Penelitian BNN bekerja sama dengan UI menunjukkan :
1.
Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta
orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok pecandu
dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%.
2. Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%, ekstasi 42% dan obat penenang 22%.
3. Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw 62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat penenang 25%.
4. Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000 orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang.
5. Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu sebesar Rp. 11,3 triliun.
6. Angka kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1 tahun.